Halaman

Sabtu, 13 April 2013

Asal Usul Kota Surabaya


Asal Usul Kota Surabaya
Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.
Awalnya Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis ini sangat masuk akal, karena memang kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya).
Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, merupakan wilayah yang menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang ramai. Peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya.
Banyak pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari pedagang pribumi. Di bawah kekuasaan Trunojoyo, Surabaya menjadi pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang-barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Sementara, Kalimas menjadi “sungai emas” yang membawa barang-barang berharga dari pedalaman.

Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit) yang saat itu menjadi simbol kolonialisme. 
Karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.

ASAL NAMA

Nama Surabaya berasal dari bahasa sansekerta ‘sura‘ yang artinya keberanian dan kesulitan. Menurut P.J Veth, kata Surabaya memiliki arti pelabuhan yang aman. Sementaraahli lain, Breman memperkirakan nama itu berasal dari mitos tentang pertarungan antara ikan sura dan buaya. Menurutnya pertarungan antara ikan sura dan buaya itu dianggap sebagai lambang pertarungan abadi antara laut dan daratan dengan menampilkan binatang sebagai penguasa kedua wilayah itu. Di Surabaya memang ditandai dengan mundurnya (garis pantai) laut oleh endapan pasir dan lumpur di muara sungai-sungai. Laut pasang naik diibaratkan sebagai pelanggaran terhadap wilayah daratan oleh ikan sura, sedangkan laut pasang surut mengiaskan direbutnya kembali wilayah tersebut oleh sang buaya. Bahwa ‘sura‘ sering ditemukan dalam kata-kata gabungan. Dalam hal ini kata ‘sura‘ tidak ada hubungannya dengan ikan hiu, meskipun hiu dinamakan juga ikan ‘sura‘. Disini ‘sura‘ berarti: gagah berani, pandai berkelahi, dan ganas. Sementara itu ‘baya’ memiliki arti pertarungan, berbahaya, pahlawan, dan pemberani. Menurut pengertian di atas maka “sura-westhi” berarti ‘ratu pemberani’, “sura-pringga” berarti pahlawan pemberani. Karena ikan ‘sura‘, seekor binatang pemberani banyak terdapat di lautan dan sangat dikenal penduduk, demikian pula ‘baya‘ (buaya). Baik sifat maupun nama mereka, ternyata ‘sura‘ dan ‘baya‘ memiliki makna yang sangat tepat sebagai identitas Surabaya. Hampir seluruh peristiwa sejarah di Jawa Timur berada di aliran Sungai Berantas, dan yang paling besar di daerah muara sungai yang bernama Surabaya.

Sunber : http://forum.detik.com/asal-usul-kota-surabaya-t663156.html?p=23489209#post23489209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar